Kamis, 10 April 2014

contoh laporan praktikum karbohidrat




 
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA


 

 
 



PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT



NAMA                        : TUTI NINGSI NITASARI

 
NIM                            : K211 13 009
KELOMPOK             : V (LIMA)
TGL. PERCOBAAN : 5 APRIL 2014
ASISTEN                   : AISYAH PUTRI UTAMI




logo-unhas-hitam-putih.jpg





LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

 
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
       Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak di jumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida di antaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. (Sirajuddin,2014).
        Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan di samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energy yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. (Sirajuddin,2014).
       Pada tumbuhan, karbohidrat disintesis dari CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis dalam sel berklorofil dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat yang di hasilkan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen. (Sirajuddin,2014).
       Dari rumus karbohidrat, dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu polimer yang tersusun atas monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida, polisakarida. Sifat karbohidrat sendiri pada umumnya berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan membentuk suspense dan bila ia dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid semacan gel. Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. (Sirajuddin, 2014).

I.2 Tujuan
      I.2.1 Tujuan umum
1.      Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2.      Untuk mengetahui adanya reaksi yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.
3.      Untuk mengetahui beberapa sifat kimia karbohidrat.
4.      Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu bahan.
      I.2.2 Tujuan khusus
1.      Uji Molisch
                            Untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.
2.      Uji Iodium
                            Untuk membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin).
3.      Uji Benedict
                            Untuk membuktikan adanya gula reduksi.
4.      Uji Barfoed
       Untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.
5.      Uji Seliwanoff
Untuk membuktikan adanya kentosa (fruktosa).
6.      Uji Osazon
Untuk membedakan bermacam- macam karbohidrat dari gambar kristalnya.
7.      Hidrolisis Pati
Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
8.      Hidrolisis Sukrosa
Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
I.3 Prinsip Percobaan
      I.3.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
       Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida. Dehirasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.

2.      Uji Iodium
       Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen atau sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat.
3.      Uji Benedict
       Ion Cu2+ dalam suasana alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dan keton yang bebas menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.
4.      Uji Barfoed
       Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.
5.      Uji Seliwanoff
       Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidrosifurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye.
6.      Uji Osazon
       Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Jenis osazon yang terbentuk dapat dilihat dari bentuk kristalnya. Tiap-tiap gula umumnya memberikan kristal osazon yang khas. Glukosa, fruktosa, dan manosa menghasilkan kristal yang sama. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomer-nya sudah tidak bebas. Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
7.      Uji Asam Musat
       Oksodasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa menghasilkan asam musat yang dapat larut.

     
I.3.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
       Pati (starch) merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terutama dalam golongan umbi seperti kentang dan pada biji-bijian seperti jagung atau padi. Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa (± 20%), dengan struktur makromolekul linear yang dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya, fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (± 80%) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis ditegaskan dengan uji benedict. Hasil hidrolisis pati ditunjukkan seperti pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. hasil hidrolisis pati setiap 3 menit dengan Iodium.
Waktu hidrolisis
Warna dengan Iodium
Hasil hidrolisis
Setelah 3 menit
Setelah 6 menit
Setelah 9 menit
Setelah 12 menit
Setelah 15 menit
Setelah 18 menit
Setelah 21 menit
Biru
Ungu
Violet
Merah
Kuning cokelat
Kuning pucat
Kuning pucat
Amilosa
Amilopektin
Amilopektin
Eritrodekstrin
Akrodekstrin
Maltosa
Glukosa

2.      Hidrolisis Sukrosa
       Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
   SUKROSA + HCl               GLUKOSA                FRUKTOSA
                (disakarida)                                  (monosakarida)            (monosakarida)


I.4 Manfaat percobaan
             Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari percobaan ini adalah:
1.      Agar dapat mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2.      Agar dapat mengetahui adanya reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.
3.      Agar dapat mengetahui beberapa sifat kimia karbohidrat.
4.      Agar dapat mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu bahan.


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak di jumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida di antaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. .(Sirajuddin, 2014).
       Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Disamping itu, dihasilkan oksigen (O2) yang lepas diudara (Sibagariang, 2010).
       Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80 % energi berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72 % jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50 % (Sibagariang, 2010).
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan di samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energy yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat.(Sirajuddin, 2014).
 Ada beberapa klasifikasi karbohidrat yang mana karbohidrat yang tidak bisa dihidrolisis ke susunan yang lebih simple, dimana monosakarida karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan polisakarida. Monosakarida bias diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6 tersusun dari enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh kentosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinsi dengan glukosa pada sukrosa disakarida.(Koolman J, dkk, 2009).
Banyak tes yang digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasarkan kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan fulfural. Uji iodium digunakan untuk membuktikan adanya polisakarida. Dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorbs polisakarida. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis berekasi dengan iodium membentuk warna merah cokelat. Uji benedict digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi , di mana ion CU2+ dalam suasana alkalis akan direduksi oleh gula yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas menjadi CU+, yang mengendap sebagai CU2O yang berwarna merah bata. Uji barfoed digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida, dimana ion CU2+ dalam suasana akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan CU2 berwarna merah bata. Uji seliwanoff digunakan untuk membuktikan adanya kentosa, dimana dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. Uji osazon digunakan untuk membedakan macam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya, dimana semua karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Uji asam musat digunakan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa, dimana oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut.(Kolman J, dkk, Sirajuddin 2009, 2014).
Selanjutnya hidrolisis karbohidrat, dimana uji hidrolisis pati digunakan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum. Kita tahu bahwa pati adalah polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terutama dalam golongan umbi terutama pada kentang dan biji-bijian seperti jagung dan kacang. Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut tersenut adalah amilosa, struktur makromolekul linier dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya fraksi tidak terlarut disebut amilopektin dengan struktur bercabang. Uji hidrolisis sukrosa digunakan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Dimana sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa.(Kolman J, dkk, Sirajuddin 2009, 2014).

Ada beberapa klasifikasi karbohidrat, diantaranya yaitu: (Irawan M. Anwari, 2007).
A.    Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat yang pling sederhana karena tidak dapat di hidrolisis lagi menjadi karbohidrat yang lain memiliki rumus empiris (CH2O)n. Monosakarida terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1.      Aldosa
Mengandung gugus aldehid (CHO) bebas dan gugus hidroksi (CH) bebas, contoh glukosa dan galaktosa. Adanya gugus aldehid pada glukosa dan galaktosa menyebabkan positif fehling dan akan membentuk endapan merah bata (Cu2O) Aldosa merupakan gula pereduksi yang berarti bahwa fungsi aldehid bebas dari bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat.
a.       Glukosa
Suatu aldoheksana yang sering disebut deksirona gula darah dan juga gula anggur. Disebut dekstrona karena dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa merupakan contoh monosakarida, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur. Glukosa banyak terkandung di dalam buah-buahan, sayuran dan sirup jagung. Glukosa memegang peranan yang sangat penting di dalam ilmu gizi, glukosa adalah hasil pencernaan pati, sekrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan juga manusia. Dalam proses metabolisme glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel sebagai sumber energi. Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah dan merupakan gula yang mempunyai rasa paling manis. Di dalam fruktosa banyak terkandung madu bersama glukosa dalam buah dan juga dalam sayur. Di dalam tubuh, fruktosa merupakan hasil pencernaan sakarosa. Sedangkan galaktosa merupakan karbohidrat hasil proses pencernaan laktosa didalam tubuh manusia sehingga tidak terdapat dialam bebas (Sibagariang, 2010).



b.      Galaktosa
Mrupakan monosakarida yang paling rendah kemanisannya, dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, proses oksidasi oleh asam kuat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam kuat yang kurang larut dalam air. Galaktgosa merupakan hasil hidrolisis dari larutan (gula susu) yang melalui proses metabolism diubah menjadi gula yang dapat menghasilkan energy.
c.       Ribosa dan Deoksiribosa
Ribosa dan deoksiribosa membentuk kerangka polimer dan asam-asam nukleus, awalan deoksi berarti minus satu oksigen deoksiribosa berarti tidak memiliki oksigen pada karbon kedua.
2.      Ketosa
Merupakan monosakarida yang mengandung gugus keton dan sifatnya menyerupai keton alifatik (alkuna) contohnya yaitu, fruktosa, sifat-sifatnya adalah mengandung gugus keton bebas atau karbonil bebas disamping gugus hidroksida (OH). (Irawan M. Anwari, 2007).


B.     Disakarida
Bila dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda. Disakarida terbentuk dari dua molekul monosakarida dimana tergabung melalui ikatan glioksida yang berbentuk antara karbon aromatic dan salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida lainnya, terhadap aktivitasnya terhadap oksidator, maka disakarida dibedakan atas disakarida produksi (maltose, laktosa) dan disakarida non produksi (sukrosa). Hidrogen disakarida oleh pengaruh asam-asam mineral energi panas atau oleh enzim disakarida pada kondisi tertentu akan dihasilkan monosakarida penyusunnya. (Irawan M. Anwari, 2007).
a.       Maltosa
Maltosa terdapat pada gandum yang sedang berkecambah, maltosa adalah disakarida yang diperoleh sebagai hasil hidrolisis pati, hidrolisis selanjutnya menghasilkan glukosa, karena itu maltosa terdiri dari 2 glukosa, memberi tes positif terhadap pereaksi tollens dan fehling.

b.      Sukrosa
Sukrosa larut dalam air tetapi tidak larut dalam alcohol, hidrolisis sukrosa dapat ditentukan dengan enzim sukrosa atau investase oleh pengaruh asam mineral encer panas menghasilkan glukosa dan fruktosa. Mineral encer panas menghasilkan glukosa dan fruktosa, sukrosa banyak terdapat pada tanaman yang berfotosintesis, fungsinya sebagai sumber energy, tidak memiliki gugus karbonil bebas sehingga tidak dapat mereduksi dn membentuk osanan.
c.       Laktosa
Laktosa merupakan gula utama yang terdapat pada susu sapid an ASI. Oleh sebab itu, sering disebut gula susu dapat mengkristal dengan molekul air, Kristal besar dan kelarutan dalam air kurang baik, laktosa memiliki sifat mereduksi pereaksi benedict atau fehling pada pemanasan laktossa atas 1 molekul glukosa dan 1 molekul glukosa.
C.     Polisakarida
Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun dari banyak sakarida, polisakarida teroenting yaitu amilum, glikogen, dan selulosa, sifat dari polisakarida tidak dapat mereduksi, tidak menunjukan mutarotasi, tidak membentuk mutanon, dan relative stabil terhadap pengaruh basa. Polisakarida yang tidak mengandung nitrogen yaitu amilum atau pati, selulosa, glikogen, amilosa dan amilopektin, dan kitin. (Irawan M. Anwari, 2007).
Bila tidak ada karbohidrat, maka asam amino dan gliserol dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energy otak dan system saraf pusat. (WHO) 1990 menganjurkan agar 55%-75% konsumsi energy total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana. Tidak ada anjuran kebutuhan sehari-hari secara khusus untuk serat makanan, tapi lembaga kanker Amerika menganjurkan 20-30 gram serat sehari.(Suyatno, 2009)
Kita bisa menemukan berbagai macam sumber karbohidrat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebab, karbohidrat banyak terdapat di padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini berupa bihun, mie, roti, tepung-tepungan, sirup, selai, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan.(Suyatno, 2009)
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
          III.1.1. Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung dan pipet tetes.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, pereaksi Molisch, dan H2SO4 pekat, serta sabun dan tisu.
2.      Uji Iodium
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, dan pipet tetes.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah            amilum,dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan   larutan  iodium serta sabun dan tisu.
3.      Uji Benedict
       Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air, penjepit tabung, rak tabung, dan pengatur waktu.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  amilum,dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan pereaksi Benedict serta sabun dan tisu.
4.      Uji Barfoed
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air,  dan pengukur waktu, rak tabung, dan penjepit tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan pereaksi  Barfoed serta sabun dan tisu.
5.      Uji Seliwanoff
        Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air,  pengatur waktu, rak tabung, penjepit tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah   sukrosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa dalam larutan 1%, dan pereaksi seliwanoff serta sabun dan tisu.
6.      Uji Osazon
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  mikroskop, alat pemanas, tabung reaksi, gegep, pipet ukur, rak tabung,
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa dan glukosa, Fenilhidrazin- hidroklorida, dan Natrium asetat serta sabun dan tisu.
7.      Uji Asam Musat
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  mikroskop, alat pemanas, tabung reaksi, gegep, pipet tetes.
      Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa dan glukosa, dan HNO3 pekat serta sabun dan tisu.

          III.1.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pemanas air, penjepit tabung, pengatur waktu, dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan amilum 1%, larutan iodium, pereaksi benedict, larutan HCl 2 N, dan larutan NaOH 2% dan kertas lakmus serta sabun dan tisu.
2.      Hidrolisis Sukrosa
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas, penjepit tabung, pengatur waktu dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan sukrosa 1%, pereaksi benedict, pereaksi seliwanoff, pereaksi barfoed, larutan HCl pekat, larutan NaOH 2% dan kertas lakmus serta sabun dan tisu.

III.2. Prosedur Kerja
          III.2.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch dan mencampurnya dengan baik.
3.      Tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan dengan hati-hati 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar tidak bereaksi.
2.      Uji Iodium
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi atau porselin tetes.
2.      Ditambahkan 3 tetes larutan iodium dan diperhatikan warna biru yang terbentuk.
3.      Uji Benedict
1.      Dimasukkan dalam tabung reaksi 5 tetes larutan uji dan tambahkan 15 tetes pereaksi Benedict. Dicampur dengan baik.
2.      Dididihkan diatas api kecil selama 2 menit atau dalam penangas air mendidih selama 5 menit.
3.      Didinginkan perlahan-lahan.
4.      Uji Barfoed
1.      Dimasukkan 5 mL pereaksi Barfoed dan 1 mL  larutan uji kedalam tabung reaksi. Dicampur dengan baik.
2.      Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 3-4 menit.
3.      Diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
5.      Uji Seliwanoff
1.      Dimasukkan 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Seliwanoff ke dalam tabung reaksi.
2.      Didihkan diatas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air mendidih selama 1 menit.
6.      Uji Osazon
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat.
3.      Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
4.      Didinginkan dibawah air kran.
5.      Diperhatikan kristal yang terbentuk dan diidentifikasi di bawah mikroskop.
7.      Uji Asam Musat
1.         Dimasukkan 25 mL larutan uji ke dalam sebuah gelas kimia kecil, dan ditambahkan 5 mL HNO3 pekat.
2.         Dipanaskan dalam penangas air mendidih sehingga volumenya tinggal 5-6 mL.
3.         Didinginkan perlahan-lahan lalu diperhatikan terbentuknya kristal-kristal keras seperti pasir.
4.         Diamati dibawah mikroskop dan gambar.

          III.2.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
1.      Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL  amilum 1% kemudian ditambahkan 2,5 mL HCl 2 N.
2.      Dicampur dengan baik lalu dimasukkan dalam penangas air mendidih.
3.      Diuji dengan iodium setelah 3 menit dengan mengambil 2 tetes larutan yang ditambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes. Dicatat perubahan warna yang terjadi.
4.      Dilakukan uji iodium setelah 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat.
5.      Dilanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi, didinginkan.
6.      Diambil 2 mL larutan hidrolisis, lalu dinetralkan dengan NaOH 2 %. Diuji  dengan kertas lakmus.
7.      Diuji dengan Benedict.
2.      Hidrolisis Sukrosa
1.      Dimasukkan 10 mL sukrosa 1 %  kedalam tabung reaksi dan tambahkan 10 tetes HCl pekat.
2.      Dicampur dengan baik, lalu dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 45 menit.
3.      Dinetralkan dengan larutan NaOH 2 % setelah dingin dan diuji dengan kertas lakmus.
4.      Di uji dengan Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
          IV.1.1 Tabel Pengamatan
A.    Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
No
Zat Uji
Hasil Uji Molisch
Karbohidrat (+/-)
1
Amilum 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
2
Glikogen 1%
-
-
3
Dekstrin 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
4
Sukrosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
5
Laktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
6
Maltosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
7
Galaktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
8
Fruktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
9
Glukosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
10
Arabinosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+



2.      Uji Iodium
No
Zat Uji
Hasil Uji Iodium
Polisakarida (+/-)
1
Amilum 1%
Biru
+
2
Dekstrin 1%
Merah anggur
+
3
Sukrosa 1%
Bening kekuning-kuningan
-
4
Laktosa 1%
Bening
-
5
Maltosa 1%
Bening
-
6
Galaktosa 1%
Bening
-
7
Fruktosa 1%
Bening
-
9
Glukosa 1%
Bening
-
10
Arabinosa 1%
Bening
-

3.      Uji Benedict
No
Zat Uji
Hasil Uji Benedict
Gula Reduksi (+/-)
1
Amilum 1%
Biru
+
2
Glikogen 1%
Tidak ada bahan
Tidak ada bahan
3
Dekstrin 1%
Kuning keruh/kuning kehijauan
+2
4
Sukrosa 1%
Merah bata
+4
5
Laktosa 1%
Merah bata
+4
6
Maltosa 1%
Jingga
+3
7
Galaktosa 1%
Merah bata
+4
8
Fruktosa 1%
Merah bata
+4
9
Glukosa 1%
Merah bata
+4
10
Arabinosa 1%
Merah bata
+4



4.      Uji Barfoed
No
Zat Uji
Hasil Uji Barfoed
Monosakarida (+/-)
1
Sukrosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
2
Laktosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
3
Maltosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
4
Galaktosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
5
Fruktosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
6
Glukosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
7
Arabinosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+




5.      Uji Seliwanoff
No
Zat Uji
Hasil Uji Seliwanoff
Kentosa  (+/-)
1
Sukrosa 1%
Bereaksi, menjadi warna merah orange
+
2
Galaktosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi keruh
-
3
Fruktosa 1%
Bereaksi, menjadi warna merah orange
+
4
Glukosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi warna orange muda
-
5
Arabinosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi bening kuning
-




6.      Uji Osazon
No
Zat Uji
Hasil Percobaan
Gambar Osazon
1
Sukrosa
Sedikit kristal, agak kecil, buram

2
Laktosa
Agak banyak kristal, bulat buram, agak besar

3
Maltosa
Agak banyak kristal, bulat besar sebagian

4
Galaktosa
Agak banyak kristal

5
Glukosa 1%
Terdapat endapan merah bata




7.      Uji Asam Musat
No
Zat Uji
Hasil Uji Asam Musat
Gambar
1
Sukrosa
Sedikit kristal

2
Laktosa
Sedikit kristal

3
Galaktosa
Banyak kristal

4
Glukosa
Sedikit sekali kristal

5
Maltosa
Agak banyak kristal


B.     Uji Hidrolisis Sukrosa
1.      Hidrolisis Pati
1)      Uji Iodium
Hidrolisis
(menit)
Hasil Uji Iodium
Hasil Hidrolisis
3 menit
Ungu
Amilopektin
6 menit
Kuning coklat
Akrodekstrin
9 menit
Kuning coklat
Akrodekstrin
12 menit
Kuning Pucat
Maltosa
15 menit
Kuning Pucat
Glukosa
2)      Uji Kertas Lakmus
Ditetesi dengan 3 mL NaOH, larutan menjadi netral.
3)      Uji Benedict
Larutan dipanaskan setelah ditambah 5 tetes Benedict hasilnya larutan berwarna kecoklatan menandakan ada gula reduksi.
2.      Hidrolisis Sukrosa
Perlakuan
Uji
Hasil Uji
5 Ml Sukrosa 1%
Benedict
Orange pada saat dipanaskan
+ 5 tetes HCl pekat
Seliwanoff
Merah Orange
+ pemanasan
Barfoed
Biru terjadi endapan

IV.1.2 Gambar
A.    Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
 






2.      Uji Iodium





3.      Uji Benedict
4.      Uji Barfoed
5.      Uji Seliwanoff
6.      Uji Osazon






7.      Uji Asam Musat
B.     Hidrolisis Karbohidrat

1.      Hidrolisis Pati

2.      Hidrolisis Sukrosa









IV.1.3 Reaksi
A.    molisch1.jpgUji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch





molisch2.jpg
 







2.      Uji Iodium

3.      benedict.jpgUji Benedict



4.      Uji Barfoed
barfoed.jpg
 




5.      Uji Seliwanoff
seliwanoff.jpg

6.      Uji Osazon
http://dc390.4shared.com/doc/71XKdzai/preview_html_221773ce.png

7.      Uji Asam Musat

B.     Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
  AMILUM               HCl              GLUKOSA
(Polisakarida)                               (Monosakarida)

2.      Hidrolisis Sukrosa
SUKROSA       + HCl       GLUKOSA           FRUKTOSA
(Disakarida)                     (Monosakarida)      (Monosakarida)

IV.2 Pembahasan
         IV.2.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.    Uji Molisch
       Pada uji molisch yang bertujuan untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif dalam suatu zat diperoleh hasil positif pada semua zat uji yaitu amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa. Karbohidrat ditandai dengan terbentuknya suatu cincin  berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan saat dialirkan dengan H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Secara teori, asam anorganik pekat akan menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dapat dilihat bahwa antara percobaan yang dilakukan dengan teori yang ada memberikan hasil yang sama yaitu semua larutan uji yang digunakan merupakan karbohidrat.

2.    Uji Iodium
       Pada uji iodium yang bertujuan untuk membuktikan adanya polisakarida pada suatu zat diperoleh hasil positif pada larutan uji amilum dan dekstrin. Namun, pada larutan uji yang lain yaitu sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, arabinosa diperoleh hasil negatif. Ini menandakan bahwa hanya dua larutan uji tersebut yang merupakan polisakarida. Hal ini terjadi karena polisakarida saat ditambahkan iodium akan membentuk warna yang spesifik. Berdasarkan teori, amilum dengan iodium akan menghasilkan warna biru sedangkan dekstrin menghasilkan warna merah anggur. Perubahan warna ini juga diperoleh pada saat melakukan percobaan ini, Sedangkan untuk ketujuh larutan yang lain memberikan warna bening saat ditetesi larutan iodium.
3.    Uji Benedict
      Pada uji benedict yang bertujuan untuk membuktikan adanya gula reduksi pada suatu zat diperoleh hasil yaitu timbulnya endapan berwarna pada setiap larutan uji. Hasil akhir yang diperoleh adalah amilum menghasilkan endapan berwarna biru sehingga tidak memiliki gula reduksi, dekstrin menghasilkan endapan berwarna kuning kehijauan dengan konsentrasi gula reduksi 0,5 - 1,0 %. Maltosa menghasilkan endapan berwarna jingga dengan konsentrasi 1,0 – 2,0 % gula reduksi, sedangkan untuk sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa menghasilkan endapan berwarna merah bata dengan konsentrasi gula reduksi lebih dari 2%.
       Jika diperhatikan, hasil yang diperoleh dari percobaan tidak sesuai dengan teori yang ada. Dari percobaan diatas, dekstrin menghasilkan endapan kuning keruh yang berarti dekstrin memiliki gula reduksi. Teori menyatakan bahwa dekstrin yang merupakan golongan polisakarida tidak memiliki gula reduksi. Seharusnya, hasil yang diperoleh dari dekstrin sama dengan amilum yang juga merupakan golongan polisakarida. teori juga menyatakan bahwa gula reduksi hanya terdapat pada monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa. Hal ini karena sukrosa tidak memiliki gugus aldehid dan keton yang bebas seperti disakarida yang lain. Namun, hasil percobaan menunjukkan sukrosa memiliki kadar gula reduksi dengan konsentrasi lebih dari 2%.

4.    Uji Barfoed
       Pada uji barfoed yang bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida diperoleh hasil posistif terhadap larutan uji galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa. Sedangkan untuk sukrosa, laktosa, dan maltosa memberikan hasil negatif. Hal ini karena ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan Cu2O berwarna merah bata tersebut, sehingga hasil yang diperoleh sama dengan teori yang ada.
5.    Uji Seliwanoff
       Pada uji seliwanoff yang bertujuan untuk membuktikan adanya kentosa (fruktosa) dalam suatu zat diperoleh hasil positif terhadap larutan sukrosa dan fruktosa. Sedangkan untuk larutan uji yang lain yaitu galaktosa, glukosa, dan arabinosa memberikan hasil negatif. Hal ini karena Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidrosifurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. Hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada. Adapun sukrosa memberikan warna yang sama dengan fruktosa karena sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.
6.    Uji Osazon
       Pada uji osazon yang bertujuan untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya diperoleh hasil yaitu glukosa memiliki banyak kristal sedangkan laktosa, maltosa, galaktosa memiliki banyak kristal namun masih lebih sedikit dibanding glukosa.  Sukrosa memiliki sedikit kristal, agak kecil dan buram. Walaupun demikian, hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori, karena sukrosa berbeda dengan disakarida yang lain. Sukrosa tidak membentuk kristal karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomer-nya sudah tidak bebas.

7.    Uji Asam Musat
       Pada uji asam musat yang bertujuan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa diperoleh hasil yaitu galaktosa terdapat banyak sekali kristal seperti pasir, begitupun dengan maltosa namun masih lebih banyak galaktosa. Pada sukrosa, laktosa, dan glukosa terdapat sedikit sekali kristal yang terbentuk. Galaktosa memiliki banyak kristal karena galaktosa yang dioksidasi oleh asam nitrat pekat (HNO3) menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air dibandingkan dengan glukosa dapat larut baik dengan air. Setelah larutan diamati dibawah mikroskop maka diperoleh bentuk kristal glukosa sedikit sekali jika dibanding gambar kristal galaktosa yang terdapat banyak sekali. Akibat dari kristal inilah sehingga asam musat glukosa lebih larut dalam air dibanding galaktosa.

IV.2.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.    Hidrolisis Pati
       Pada uji hidrolisis pati yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum dilakukan tiga uji yaitu uji iodium, uji kertas lakmus dan uji benedict. Pada uji iodium diperoleh hasil yaitu, pada menit ketiga larutan berubah warna menjadi ungu, menit keenam menjadi warna kuning kecoklatan, menit kesembilan menjadi warna kuning kecoklatan namun tidak seterang pada menit keenam, menit ke duabelas menjadi kuning pucat dan menit ke limabelas menjadi kuning pucat. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya, larutan berubah menjadi ungu pada menit keenam yang menandakan amilosa telah terhidrolisis menjadi amilopektin dan glukosa (kuning pucat) baru terbentuk pada menit ke-21. Hasil dari percobaan terlalu cepat berubah, hal ini karena pada saat percobaan terjadi sedikit kesalahan yaitu dibiarkannya terlalu lama larutan sebab menunggu penangas air mendidih. Selain itu, jeda waktu pada pengujian tiga menit pertama ketiga menit berikutnya sedikit lama. Inilah yang menyebabkan amilum terhidrolisis sebelum waktu yang seharusnya. 
       Larutan kemudian di uji dengan kertas lakmus setelah dinetralkan dengan NaOH 2% dan diperoleh hasil larutan menjadi netral. Tujuan dinetralkannya larutan adalah agar saat uji berikutnya, larutan telah netral dari sifat asam atau basa sehingga hasil uji berikutnya akurat. Selanjutnya dilakukan uji benedict yang bertujuan untuk memastikan larutan telah terhidrolisis menjadi glukosa. Indikator larutan tersebut telah menjadi glukosa adalah dengan adanya gula pereduksi pada larutan itu. Prinsipnya sama dengan percobaan pada uji benedict.

2.    Hidrolisis Sukrosa
       Pada uji hidrolisis sukrosa  yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dilakukan tiga uji yaitu uji benedict, uji seliwanoff, dan uji barfoed. Hasil yang diperoleh yaitu pada saat larutan yang sebelumnya telah dipanaskan dan dihidrolisis dengan NaOH 2%, ditetesi dengan pereaksi benedict berubah warna menjadi oranye, larutan diuji dengan pereaksi seliwanoff menjadi merah oranye, dan saat diuji dengan pereaksi barfoed berubah menjadi biru dan terdapat endapan merah bata. Hal ini karena sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
















BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
              Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1.    Pada uji molisch semua larutan zat uji menunjukkan hasil yang positif yaitu amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa.
2.    Pada uji iodium, amilum dan dekstrin menunjukkan hasil positif yang menandakan amilum dan dekstrin adalah golongan polisakarida.
3.    Pada uji benedict, zat uji seperti laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa memiliki gula reduksi sedangkan golongan polisakarida dan sukrosa tidak memiliki gula reduksi.
4.    Pada uji barfoed,  zat uji yang memberikan hasil positif adalah galaktosa, glukosa, fruktosa dan arabinosa yang menandakan zat uji ini adalah monosakarida. sedangkan untuk zat uji yang lain memberikan hasil negatif yang menunjukkan zat uji tersebut adalah disakarida.
5.    Pada uji seliwanoff, hasil positif ditunjukkan oleh fruktosa dan sukrosa.
6.    Pada uji osazon, glukosa memiliki banyak kristal sedangkan laktosa, maltosa, galaktosa memiliki kristal namun lebih sedikit dibanding glukosa, dan sukrosa tidak  memiliki kristal.
7.    Pada uji asam musat, perbedaan antara glukosa dan galaktosa adalah jumlah kristal pada keduanya. Galaktosa lebih banyak kristal dari pada glukosa.
8.    Pada hidrolisis pati, amilum terhidrolisis secara bertahap menjadi amilosa, amilopektin, akrodekstrin, dan glukosa.
9.    Pada hidrolisis sukrosa, sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff memberikan hasil positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.

V.2 Saran
1.      Untuk Dosen
Sudah cukup bagus
2.      Untuk Asisten
Sudah cukup bagus

3.      Untuk Laboratorium
           Peralatan dan bahan laboratorium di lengkapi, agar kita bias melakukan percobaan sesuai prosedur yang tertera pada buku penuntun.
4.   Untuk Kegiatan Praktikum
           Karena ruangan yang tidak sepadan dengan jumlah praktikan, hal ini membuat kami menjadi tidak nyaman pada saat melakukan praktikum sebab harus berdesakan.




























DAFTAR PUSTAKA

Irawan M.anwari, Sport Sience Brief, Irawan M.anwari., 2007

Koolman J, Roehm K.H, Color Atlas of Biochemistry, Jilid 2, Terj. Bahasa Indonesia, Google Translate, Flexi Book, 2009.



 
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA


 

 
 



PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT



NAMA                        : TUTI NINGSI NITASARI

 
NIM                            : K211 13 009
KELOMPOK             : V (LIMA)
TGL. PERCOBAAN : 5 APRIL 2014
ASISTEN                   : AISYAH PUTRI UTAMI




logo-unhas-hitam-putih.jpg





LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

 
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
       Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak di jumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida di antaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. (Sirajuddin,2014).
        Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan di samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energy yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. (Sirajuddin,2014).
       Pada tumbuhan, karbohidrat disintesis dari CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis dalam sel berklorofil dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat yang di hasilkan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen. (Sirajuddin,2014).
       Dari rumus karbohidrat, dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu polimer yang tersusun atas monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida, polisakarida. Sifat karbohidrat sendiri pada umumnya berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan membentuk suspense dan bila ia dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid semacan gel. Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. (Sirajuddin, 2014).

I.2 Tujuan
      I.2.1 Tujuan umum
1.      Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2.      Untuk mengetahui adanya reaksi yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.
3.      Untuk mengetahui beberapa sifat kimia karbohidrat.
4.      Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu bahan.
      I.2.2 Tujuan khusus
1.      Uji Molisch
                            Untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.
2.      Uji Iodium
                            Untuk membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin).
3.      Uji Benedict
                            Untuk membuktikan adanya gula reduksi.
4.      Uji Barfoed
       Untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.
5.      Uji Seliwanoff
Untuk membuktikan adanya kentosa (fruktosa).
6.      Uji Osazon
Untuk membedakan bermacam- macam karbohidrat dari gambar kristalnya.
7.      Hidrolisis Pati
Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
8.      Hidrolisis Sukrosa
Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
I.3 Prinsip Percobaan
      I.3.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
       Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida. Dehirasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.

2.      Uji Iodium
       Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen atau sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat.
3.      Uji Benedict
       Ion Cu2+ dalam suasana alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dan keton yang bebas menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.
4.      Uji Barfoed
       Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.
5.      Uji Seliwanoff
       Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidrosifurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye.
6.      Uji Osazon
       Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Jenis osazon yang terbentuk dapat dilihat dari bentuk kristalnya. Tiap-tiap gula umumnya memberikan kristal osazon yang khas. Glukosa, fruktosa, dan manosa menghasilkan kristal yang sama. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomer-nya sudah tidak bebas. Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
7.      Uji Asam Musat
       Oksodasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa menghasilkan asam musat yang dapat larut.

     
I.3.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
       Pati (starch) merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terutama dalam golongan umbi seperti kentang dan pada biji-bijian seperti jagung atau padi. Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa (± 20%), dengan struktur makromolekul linear yang dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya, fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (± 80%) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis ditegaskan dengan uji benedict. Hasil hidrolisis pati ditunjukkan seperti pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. hasil hidrolisis pati setiap 3 menit dengan Iodium.
Waktu hidrolisis
Warna dengan Iodium
Hasil hidrolisis
Setelah 3 menit
Setelah 6 menit
Setelah 9 menit
Setelah 12 menit
Setelah 15 menit
Setelah 18 menit
Setelah 21 menit
Biru
Ungu
Violet
Merah
Kuning cokelat
Kuning pucat
Kuning pucat
Amilosa
Amilopektin
Amilopektin
Eritrodekstrin
Akrodekstrin
Maltosa
Glukosa

2.      Hidrolisis Sukrosa
       Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
   SUKROSA + HCl               GLUKOSA                FRUKTOSA
                (disakarida)                                  (monosakarida)            (monosakarida)


I.4 Manfaat percobaan
             Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari percobaan ini adalah:
1.      Agar dapat mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2.      Agar dapat mengetahui adanya reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.
3.      Agar dapat mengetahui beberapa sifat kimia karbohidrat.
4.      Agar dapat mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu bahan.


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak di jumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida di antaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. .(Sirajuddin, 2014).
       Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Disamping itu, dihasilkan oksigen (O2) yang lepas diudara (Sibagariang, 2010).
       Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80 % energi berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72 % jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50 % (Sibagariang, 2010).
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan di samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energy yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat.(Sirajuddin, 2014).
 Ada beberapa klasifikasi karbohidrat yang mana karbohidrat yang tidak bisa dihidrolisis ke susunan yang lebih simple, dimana monosakarida karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan polisakarida. Monosakarida bias diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6 tersusun dari enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh kentosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinsi dengan glukosa pada sukrosa disakarida.(Koolman J, dkk, 2009).
Banyak tes yang digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasarkan kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan fulfural. Uji iodium digunakan untuk membuktikan adanya polisakarida. Dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorbs polisakarida. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis berekasi dengan iodium membentuk warna merah cokelat. Uji benedict digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi , di mana ion CU2+ dalam suasana alkalis akan direduksi oleh gula yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas menjadi CU+, yang mengendap sebagai CU2O yang berwarna merah bata. Uji barfoed digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida, dimana ion CU2+ dalam suasana akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan CU2 berwarna merah bata. Uji seliwanoff digunakan untuk membuktikan adanya kentosa, dimana dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. Uji osazon digunakan untuk membedakan macam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya, dimana semua karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Uji asam musat digunakan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa, dimana oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut.(Kolman J, dkk, Sirajuddin 2009, 2014).
Selanjutnya hidrolisis karbohidrat, dimana uji hidrolisis pati digunakan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum. Kita tahu bahwa pati adalah polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terutama dalam golongan umbi terutama pada kentang dan biji-bijian seperti jagung dan kacang. Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut tersenut adalah amilosa, struktur makromolekul linier dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya fraksi tidak terlarut disebut amilopektin dengan struktur bercabang. Uji hidrolisis sukrosa digunakan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Dimana sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa.(Kolman J, dkk, Sirajuddin 2009, 2014).

Ada beberapa klasifikasi karbohidrat, diantaranya yaitu: (Irawan M. Anwari, 2007).
A.    Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat yang pling sederhana karena tidak dapat di hidrolisis lagi menjadi karbohidrat yang lain memiliki rumus empiris (CH2O)n. Monosakarida terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1.      Aldosa
Mengandung gugus aldehid (CHO) bebas dan gugus hidroksi (CH) bebas, contoh glukosa dan galaktosa. Adanya gugus aldehid pada glukosa dan galaktosa menyebabkan positif fehling dan akan membentuk endapan merah bata (Cu2O) Aldosa merupakan gula pereduksi yang berarti bahwa fungsi aldehid bebas dari bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat.
a.       Glukosa
Suatu aldoheksana yang sering disebut deksirona gula darah dan juga gula anggur. Disebut dekstrona karena dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa merupakan contoh monosakarida, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur. Glukosa banyak terkandung di dalam buah-buahan, sayuran dan sirup jagung. Glukosa memegang peranan yang sangat penting di dalam ilmu gizi, glukosa adalah hasil pencernaan pati, sekrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan juga manusia. Dalam proses metabolisme glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel sebagai sumber energi. Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah dan merupakan gula yang mempunyai rasa paling manis. Di dalam fruktosa banyak terkandung madu bersama glukosa dalam buah dan juga dalam sayur. Di dalam tubuh, fruktosa merupakan hasil pencernaan sakarosa. Sedangkan galaktosa merupakan karbohidrat hasil proses pencernaan laktosa didalam tubuh manusia sehingga tidak terdapat dialam bebas (Sibagariang, 2010).



b.      Galaktosa
Mrupakan monosakarida yang paling rendah kemanisannya, dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, proses oksidasi oleh asam kuat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam kuat yang kurang larut dalam air. Galaktgosa merupakan hasil hidrolisis dari larutan (gula susu) yang melalui proses metabolism diubah menjadi gula yang dapat menghasilkan energy.
c.       Ribosa dan Deoksiribosa
Ribosa dan deoksiribosa membentuk kerangka polimer dan asam-asam nukleus, awalan deoksi berarti minus satu oksigen deoksiribosa berarti tidak memiliki oksigen pada karbon kedua.
2.      Ketosa
Merupakan monosakarida yang mengandung gugus keton dan sifatnya menyerupai keton alifatik (alkuna) contohnya yaitu, fruktosa, sifat-sifatnya adalah mengandung gugus keton bebas atau karbonil bebas disamping gugus hidroksida (OH). (Irawan M. Anwari, 2007).


B.     Disakarida
Bila dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda. Disakarida terbentuk dari dua molekul monosakarida dimana tergabung melalui ikatan glioksida yang berbentuk antara karbon aromatic dan salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida lainnya, terhadap aktivitasnya terhadap oksidator, maka disakarida dibedakan atas disakarida produksi (maltose, laktosa) dan disakarida non produksi (sukrosa). Hidrogen disakarida oleh pengaruh asam-asam mineral energi panas atau oleh enzim disakarida pada kondisi tertentu akan dihasilkan monosakarida penyusunnya. (Irawan M. Anwari, 2007).
a.       Maltosa
Maltosa terdapat pada gandum yang sedang berkecambah, maltosa adalah disakarida yang diperoleh sebagai hasil hidrolisis pati, hidrolisis selanjutnya menghasilkan glukosa, karena itu maltosa terdiri dari 2 glukosa, memberi tes positif terhadap pereaksi tollens dan fehling.

b.      Sukrosa
Sukrosa larut dalam air tetapi tidak larut dalam alcohol, hidrolisis sukrosa dapat ditentukan dengan enzim sukrosa atau investase oleh pengaruh asam mineral encer panas menghasilkan glukosa dan fruktosa. Mineral encer panas menghasilkan glukosa dan fruktosa, sukrosa banyak terdapat pada tanaman yang berfotosintesis, fungsinya sebagai sumber energy, tidak memiliki gugus karbonil bebas sehingga tidak dapat mereduksi dn membentuk osanan.
c.       Laktosa
Laktosa merupakan gula utama yang terdapat pada susu sapid an ASI. Oleh sebab itu, sering disebut gula susu dapat mengkristal dengan molekul air, Kristal besar dan kelarutan dalam air kurang baik, laktosa memiliki sifat mereduksi pereaksi benedict atau fehling pada pemanasan laktossa atas 1 molekul glukosa dan 1 molekul glukosa.
C.     Polisakarida
Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun dari banyak sakarida, polisakarida teroenting yaitu amilum, glikogen, dan selulosa, sifat dari polisakarida tidak dapat mereduksi, tidak menunjukan mutarotasi, tidak membentuk mutanon, dan relative stabil terhadap pengaruh basa. Polisakarida yang tidak mengandung nitrogen yaitu amilum atau pati, selulosa, glikogen, amilosa dan amilopektin, dan kitin. (Irawan M. Anwari, 2007).
Bila tidak ada karbohidrat, maka asam amino dan gliserol dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energy otak dan system saraf pusat. (WHO) 1990 menganjurkan agar 55%-75% konsumsi energy total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana. Tidak ada anjuran kebutuhan sehari-hari secara khusus untuk serat makanan, tapi lembaga kanker Amerika menganjurkan 20-30 gram serat sehari.(Suyatno, 2009)
Kita bisa menemukan berbagai macam sumber karbohidrat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebab, karbohidrat banyak terdapat di padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini berupa bihun, mie, roti, tepung-tepungan, sirup, selai, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan.(Suyatno, 2009)
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
          III.1.1. Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung dan pipet tetes.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, pereaksi Molisch, dan H2SO4 pekat, serta sabun dan tisu.
2.      Uji Iodium
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, dan pipet tetes.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah            amilum,dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan   larutan  iodium serta sabun dan tisu.
3.      Uji Benedict
       Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air, penjepit tabung, rak tabung, dan pengatur waktu.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  amilum,dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan pereaksi Benedict serta sabun dan tisu.
4.      Uji Barfoed
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air,  dan pengukur waktu, rak tabung, dan penjepit tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing-masing larutan 1%, dan pereaksi  Barfoed serta sabun dan tisu.
5.      Uji Seliwanoff
        Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas atau penangas air,  pengatur waktu, rak tabung, penjepit tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah   sukrosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa dalam larutan 1%, dan pereaksi seliwanoff serta sabun dan tisu.
6.      Uji Osazon
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  mikroskop, alat pemanas, tabung reaksi, gegep, pipet ukur, rak tabung,
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa dan glukosa, Fenilhidrazin- hidroklorida, dan Natrium asetat serta sabun dan tisu.
7.      Uji Asam Musat
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  mikroskop, alat pemanas, tabung reaksi, gegep, pipet tetes.
      Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah  sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa dan glukosa, dan HNO3 pekat serta sabun dan tisu.

          III.1.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pemanas air, penjepit tabung, pengatur waktu, dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan amilum 1%, larutan iodium, pereaksi benedict, larutan HCl 2 N, dan larutan NaOH 2% dan kertas lakmus serta sabun dan tisu.
2.      Hidrolisis Sukrosa
       Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  tabung reaksi, pipet tetes, alat pemanas, penjepit tabung, pengatur waktu dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan sukrosa 1%, pereaksi benedict, pereaksi seliwanoff, pereaksi barfoed, larutan HCl pekat, larutan NaOH 2% dan kertas lakmus serta sabun dan tisu.

III.2. Prosedur Kerja
          III.2.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch dan mencampurnya dengan baik.
3.      Tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan dengan hati-hati 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar tidak bereaksi.
2.      Uji Iodium
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi atau porselin tetes.
2.      Ditambahkan 3 tetes larutan iodium dan diperhatikan warna biru yang terbentuk.
3.      Uji Benedict
1.      Dimasukkan dalam tabung reaksi 5 tetes larutan uji dan tambahkan 15 tetes pereaksi Benedict. Dicampur dengan baik.
2.      Dididihkan diatas api kecil selama 2 menit atau dalam penangas air mendidih selama 5 menit.
3.      Didinginkan perlahan-lahan.
4.      Uji Barfoed
1.      Dimasukkan 5 mL pereaksi Barfoed dan 1 mL  larutan uji kedalam tabung reaksi. Dicampur dengan baik.
2.      Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 3-4 menit.
3.      Diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
5.      Uji Seliwanoff
1.      Dimasukkan 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Seliwanoff ke dalam tabung reaksi.
2.      Didihkan diatas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air mendidih selama 1 menit.
6.      Uji Osazon
1.      Dimasukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat.
3.      Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
4.      Didinginkan dibawah air kran.
5.      Diperhatikan kristal yang terbentuk dan diidentifikasi di bawah mikroskop.
7.      Uji Asam Musat
1.         Dimasukkan 25 mL larutan uji ke dalam sebuah gelas kimia kecil, dan ditambahkan 5 mL HNO3 pekat.
2.         Dipanaskan dalam penangas air mendidih sehingga volumenya tinggal 5-6 mL.
3.         Didinginkan perlahan-lahan lalu diperhatikan terbentuknya kristal-kristal keras seperti pasir.
4.         Diamati dibawah mikroskop dan gambar.

          III.2.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
1.      Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL  amilum 1% kemudian ditambahkan 2,5 mL HCl 2 N.
2.      Dicampur dengan baik lalu dimasukkan dalam penangas air mendidih.
3.      Diuji dengan iodium setelah 3 menit dengan mengambil 2 tetes larutan yang ditambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes. Dicatat perubahan warna yang terjadi.
4.      Dilakukan uji iodium setelah 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat.
5.      Dilanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi, didinginkan.
6.      Diambil 2 mL larutan hidrolisis, lalu dinetralkan dengan NaOH 2 %. Diuji  dengan kertas lakmus.
7.      Diuji dengan Benedict.
2.      Hidrolisis Sukrosa
1.      Dimasukkan 10 mL sukrosa 1 %  kedalam tabung reaksi dan tambahkan 10 tetes HCl pekat.
2.      Dicampur dengan baik, lalu dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 45 menit.
3.      Dinetralkan dengan larutan NaOH 2 % setelah dingin dan diuji dengan kertas lakmus.
4.      Di uji dengan Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
          IV.1.1 Tabel Pengamatan
A.    Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
No
Zat Uji
Hasil Uji Molisch
Karbohidrat (+/-)
1
Amilum 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
2
Glikogen 1%
-
-
3
Dekstrin 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
4
Sukrosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
5
Laktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
6
Maltosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
7
Galaktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
8
Fruktosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
9
Glukosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+
10
Arabinosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu diantara dua lapisan.
+



2.      Uji Iodium
No
Zat Uji
Hasil Uji Iodium
Polisakarida (+/-)
1
Amilum 1%
Biru
+
2
Dekstrin 1%
Merah anggur
+
3
Sukrosa 1%
Bening kekuning-kuningan
-
4
Laktosa 1%
Bening
-
5
Maltosa 1%
Bening
-
6
Galaktosa 1%
Bening
-
7
Fruktosa 1%
Bening
-
9
Glukosa 1%
Bening
-
10
Arabinosa 1%
Bening
-

3.      Uji Benedict
No
Zat Uji
Hasil Uji Benedict
Gula Reduksi (+/-)
1
Amilum 1%
Biru
+
2
Glikogen 1%
Tidak ada bahan
Tidak ada bahan
3
Dekstrin 1%
Kuning keruh/kuning kehijauan
+2
4
Sukrosa 1%
Merah bata
+4
5
Laktosa 1%
Merah bata
+4
6
Maltosa 1%
Jingga
+3
7
Galaktosa 1%
Merah bata
+4
8
Fruktosa 1%
Merah bata
+4
9
Glukosa 1%
Merah bata
+4
10
Arabinosa 1%
Merah bata
+4



4.      Uji Barfoed
No
Zat Uji
Hasil Uji Barfoed
Monosakarida (+/-)
1
Sukrosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
2
Laktosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
3
Maltosa 1%
Tidak terdapat endapan
-
4
Galaktosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
5
Fruktosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
6
Glukosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+
7
Arabinosa 1%
Terdapat endapan merah bata
+




5.      Uji Seliwanoff
No
Zat Uji
Hasil Uji Seliwanoff
Kentosa  (+/-)
1
Sukrosa 1%
Bereaksi, menjadi warna merah orange
+
2
Galaktosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi keruh
-
3
Fruktosa 1%
Bereaksi, menjadi warna merah orange
+
4
Glukosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi warna orange muda
-
5
Arabinosa 1%
Tidak bereaksi, menjadi bening kuning
-




6.      Uji Osazon
No
Zat Uji
Hasil Percobaan
Gambar Osazon
1
Sukrosa
Sedikit kristal, agak kecil, buram

2
Laktosa
Agak banyak kristal, bulat buram, agak besar

3
Maltosa
Agak banyak kristal, bulat besar sebagian

4
Galaktosa
Agak banyak kristal

5
Glukosa 1%
Terdapat endapan merah bata




7.      Uji Asam Musat
No
Zat Uji
Hasil Uji Asam Musat
Gambar
1
Sukrosa
Sedikit kristal

2
Laktosa
Sedikit kristal

3
Galaktosa
Banyak kristal

4
Glukosa
Sedikit sekali kristal

5
Maltosa
Agak banyak kristal


B.     Uji Hidrolisis Sukrosa
1.      Hidrolisis Pati
1)      Uji Iodium
Hidrolisis
(menit)
Hasil Uji Iodium
Hasil Hidrolisis
3 menit
Ungu
Amilopektin
6 menit
Kuning coklat
Akrodekstrin
9 menit
Kuning coklat
Akrodekstrin
12 menit
Kuning Pucat
Maltosa
15 menit
Kuning Pucat
Glukosa
2)      Uji Kertas Lakmus
Ditetesi dengan 3 mL NaOH, larutan menjadi netral.
3)      Uji Benedict
Larutan dipanaskan setelah ditambah 5 tetes Benedict hasilnya larutan berwarna kecoklatan menandakan ada gula reduksi.
2.      Hidrolisis Sukrosa
Perlakuan
Uji
Hasil Uji
5 Ml Sukrosa 1%
Benedict
Orange pada saat dipanaskan
+ 5 tetes HCl pekat
Seliwanoff
Merah Orange
+ pemanasan
Barfoed
Biru terjadi endapan

IV.1.2 Gambar
A.    Uji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch
 






2.      Uji Iodium





3.      Uji Benedict
4.      Uji Barfoed
5.      Uji Seliwanoff
6.      Uji Osazon






7.      Uji Asam Musat
B.     Hidrolisis Karbohidrat

1.      Hidrolisis Pati

2.      Hidrolisis Sukrosa









IV.1.3 Reaksi
A.    molisch1.jpgUji Pengenalan Karbohidrat
1.      Uji Molisch





molisch2.jpg
 







2.      Uji Iodium

3.      benedict.jpgUji Benedict



4.      Uji Barfoed
barfoed.jpg
 




5.      Uji Seliwanoff
seliwanoff.jpg

6.      Uji Osazon
http://dc390.4shared.com/doc/71XKdzai/preview_html_221773ce.png

7.      Uji Asam Musat

B.     Hidrolisis Karbohidrat
1.      Hidrolisis Pati
  AMILUM               HCl              GLUKOSA
(Polisakarida)                               (Monosakarida)

2.      Hidrolisis Sukrosa
SUKROSA       + HCl       GLUKOSA           FRUKTOSA
(Disakarida)                     (Monosakarida)      (Monosakarida)

IV.2 Pembahasan
         IV.2.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.    Uji Molisch
       Pada uji molisch yang bertujuan untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif dalam suatu zat diperoleh hasil positif pada semua zat uji yaitu amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa. Karbohidrat ditandai dengan terbentuknya suatu cincin  berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan saat dialirkan dengan H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Secara teori, asam anorganik pekat akan menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dapat dilihat bahwa antara percobaan yang dilakukan dengan teori yang ada memberikan hasil yang sama yaitu semua larutan uji yang digunakan merupakan karbohidrat.

2.    Uji Iodium
       Pada uji iodium yang bertujuan untuk membuktikan adanya polisakarida pada suatu zat diperoleh hasil positif pada larutan uji amilum dan dekstrin. Namun, pada larutan uji yang lain yaitu sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, arabinosa diperoleh hasil negatif. Ini menandakan bahwa hanya dua larutan uji tersebut yang merupakan polisakarida. Hal ini terjadi karena polisakarida saat ditambahkan iodium akan membentuk warna yang spesifik. Berdasarkan teori, amilum dengan iodium akan menghasilkan warna biru sedangkan dekstrin menghasilkan warna merah anggur. Perubahan warna ini juga diperoleh pada saat melakukan percobaan ini, Sedangkan untuk ketujuh larutan yang lain memberikan warna bening saat ditetesi larutan iodium.
3.    Uji Benedict
      Pada uji benedict yang bertujuan untuk membuktikan adanya gula reduksi pada suatu zat diperoleh hasil yaitu timbulnya endapan berwarna pada setiap larutan uji. Hasil akhir yang diperoleh adalah amilum menghasilkan endapan berwarna biru sehingga tidak memiliki gula reduksi, dekstrin menghasilkan endapan berwarna kuning kehijauan dengan konsentrasi gula reduksi 0,5 - 1,0 %. Maltosa menghasilkan endapan berwarna jingga dengan konsentrasi 1,0 – 2,0 % gula reduksi, sedangkan untuk sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa menghasilkan endapan berwarna merah bata dengan konsentrasi gula reduksi lebih dari 2%.
       Jika diperhatikan, hasil yang diperoleh dari percobaan tidak sesuai dengan teori yang ada. Dari percobaan diatas, dekstrin menghasilkan endapan kuning keruh yang berarti dekstrin memiliki gula reduksi. Teori menyatakan bahwa dekstrin yang merupakan golongan polisakarida tidak memiliki gula reduksi. Seharusnya, hasil yang diperoleh dari dekstrin sama dengan amilum yang juga merupakan golongan polisakarida. teori juga menyatakan bahwa gula reduksi hanya terdapat pada monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa. Hal ini karena sukrosa tidak memiliki gugus aldehid dan keton yang bebas seperti disakarida yang lain. Namun, hasil percobaan menunjukkan sukrosa memiliki kadar gula reduksi dengan konsentrasi lebih dari 2%.

4.    Uji Barfoed
       Pada uji barfoed yang bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida diperoleh hasil posistif terhadap larutan uji galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa. Sedangkan untuk sukrosa, laktosa, dan maltosa memberikan hasil negatif. Hal ini karena ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan Cu2O berwarna merah bata tersebut, sehingga hasil yang diperoleh sama dengan teori yang ada.
5.    Uji Seliwanoff
       Pada uji seliwanoff yang bertujuan untuk membuktikan adanya kentosa (fruktosa) dalam suatu zat diperoleh hasil positif terhadap larutan sukrosa dan fruktosa. Sedangkan untuk larutan uji yang lain yaitu galaktosa, glukosa, dan arabinosa memberikan hasil negatif. Hal ini karena Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidrosifurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. Hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada. Adapun sukrosa memberikan warna yang sama dengan fruktosa karena sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.
6.    Uji Osazon
       Pada uji osazon yang bertujuan untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya diperoleh hasil yaitu glukosa memiliki banyak kristal sedangkan laktosa, maltosa, galaktosa memiliki banyak kristal namun masih lebih sedikit dibanding glukosa.  Sukrosa memiliki sedikit kristal, agak kecil dan buram. Walaupun demikian, hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori, karena sukrosa berbeda dengan disakarida yang lain. Sukrosa tidak membentuk kristal karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomer-nya sudah tidak bebas.

7.    Uji Asam Musat
       Pada uji asam musat yang bertujuan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa diperoleh hasil yaitu galaktosa terdapat banyak sekali kristal seperti pasir, begitupun dengan maltosa namun masih lebih banyak galaktosa. Pada sukrosa, laktosa, dan glukosa terdapat sedikit sekali kristal yang terbentuk. Galaktosa memiliki banyak kristal karena galaktosa yang dioksidasi oleh asam nitrat pekat (HNO3) menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air dibandingkan dengan glukosa dapat larut baik dengan air. Setelah larutan diamati dibawah mikroskop maka diperoleh bentuk kristal glukosa sedikit sekali jika dibanding gambar kristal galaktosa yang terdapat banyak sekali. Akibat dari kristal inilah sehingga asam musat glukosa lebih larut dalam air dibanding galaktosa.

IV.2.2 Hidrolisis Karbohidrat
1.    Hidrolisis Pati
       Pada uji hidrolisis pati yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum dilakukan tiga uji yaitu uji iodium, uji kertas lakmus dan uji benedict. Pada uji iodium diperoleh hasil yaitu, pada menit ketiga larutan berubah warna menjadi ungu, menit keenam menjadi warna kuning kecoklatan, menit kesembilan menjadi warna kuning kecoklatan namun tidak seterang pada menit keenam, menit ke duabelas menjadi kuning pucat dan menit ke limabelas menjadi kuning pucat. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya, larutan berubah menjadi ungu pada menit keenam yang menandakan amilosa telah terhidrolisis menjadi amilopektin dan glukosa (kuning pucat) baru terbentuk pada menit ke-21. Hasil dari percobaan terlalu cepat berubah, hal ini karena pada saat percobaan terjadi sedikit kesalahan yaitu dibiarkannya terlalu lama larutan sebab menunggu penangas air mendidih. Selain itu, jeda waktu pada pengujian tiga menit pertama ketiga menit berikutnya sedikit lama. Inilah yang menyebabkan amilum terhidrolisis sebelum waktu yang seharusnya. 
       Larutan kemudian di uji dengan kertas lakmus setelah dinetralkan dengan NaOH 2% dan diperoleh hasil larutan menjadi netral. Tujuan dinetralkannya larutan adalah agar saat uji berikutnya, larutan telah netral dari sifat asam atau basa sehingga hasil uji berikutnya akurat. Selanjutnya dilakukan uji benedict yang bertujuan untuk memastikan larutan telah terhidrolisis menjadi glukosa. Indikator larutan tersebut telah menjadi glukosa adalah dengan adanya gula pereduksi pada larutan itu. Prinsipnya sama dengan percobaan pada uji benedict.

2.    Hidrolisis Sukrosa
       Pada uji hidrolisis sukrosa  yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dilakukan tiga uji yaitu uji benedict, uji seliwanoff, dan uji barfoed. Hasil yang diperoleh yaitu pada saat larutan yang sebelumnya telah dipanaskan dan dihidrolisis dengan NaOH 2%, ditetesi dengan pereaksi benedict berubah warna menjadi oranye, larutan diuji dengan pereaksi seliwanoff menjadi merah oranye, dan saat diuji dengan pereaksi barfoed berubah menjadi biru dan terdapat endapan merah bata. Hal ini karena sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.
















BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
              Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1.    Pada uji molisch semua larutan zat uji menunjukkan hasil yang positif yaitu amilum, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa.
2.    Pada uji iodium, amilum dan dekstrin menunjukkan hasil positif yang menandakan amilum dan dekstrin adalah golongan polisakarida.
3.    Pada uji benedict, zat uji seperti laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa memiliki gula reduksi sedangkan golongan polisakarida dan sukrosa tidak memiliki gula reduksi.
4.    Pada uji barfoed,  zat uji yang memberikan hasil positif adalah galaktosa, glukosa, fruktosa dan arabinosa yang menandakan zat uji ini adalah monosakarida. sedangkan untuk zat uji yang lain memberikan hasil negatif yang menunjukkan zat uji tersebut adalah disakarida.
5.    Pada uji seliwanoff, hasil positif ditunjukkan oleh fruktosa dan sukrosa.
6.    Pada uji osazon, glukosa memiliki banyak kristal sedangkan laktosa, maltosa, galaktosa memiliki kristal namun lebih sedikit dibanding glukosa, dan sukrosa tidak  memiliki kristal.
7.    Pada uji asam musat, perbedaan antara glukosa dan galaktosa adalah jumlah kristal pada keduanya. Galaktosa lebih banyak kristal dari pada glukosa.
8.    Pada hidrolisis pati, amilum terhidrolisis secara bertahap menjadi amilosa, amilopektin, akrodekstrin, dan glukosa.
9.    Pada hidrolisis sukrosa, sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff memberikan hasil positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.

V.2 Saran
1.      Untuk Dosen
Sudah cukup bagus
2.      Untuk Asisten
Sudah cukup bagus

3.      Untuk Laboratorium
           Peralatan dan bahan laboratorium di lengkapi, agar kita bias melakukan percobaan sesuai prosedur yang tertera pada buku penuntun.
4.   Untuk Kegiatan Praktikum
           Karena ruangan yang tidak sepadan dengan jumlah praktikan, hal ini membuat kami menjadi tidak nyaman pada saat melakukan praktikum sebab harus berdesakan.




























DAFTAR PUSTAKA

Irawan M.anwari, Sport Sience Brief, Irawan M.anwari., 2007

Koolman J, Roehm K.H, Color Atlas of Biochemistry, Jilid 2, Terj. Bahasa Indonesia, Google Translate, Flexi Book, 2009.

Sibagariang Eva Ellya, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Trans Info Media Jakarta, 2010.

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Pratikum Biokimia. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Suyatno, Ilmu Gizi-Karbohidrat, 2009.
Sibagariang Eva Ellya, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Trans Info Media Jakarta, 2010.

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Pratikum Biokimia. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Suyatno, Ilmu Gizi-Karbohidrat, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar